Salam kawan-kawan semua, pada kesempatan kali ini saya
mencoba sedikit mengulas mengenai “Intelektual yang berkarakter”. Kita tahu
bahwa kedua kata tersebut (tanpa yang) merupakan unsur yang tidak dapat
terpisahkan, ketika kita sebagai manusia ingin menjadi sosok orang yang ya
katakanlah mendekati sempurna. Apabila salah satu dari kedua kata tersebut yang
kita pakai maka “A’udzubillah min dalik”, tak bisa saya bayangkan namun sudah
sering saya melihat dalam kehidupan yang seperti itu (memisahkan pasangan
antara kata intelektual dan karakter). Langsung saja kawan kita urai satu
persatu dari kata tersebut.
A.
Intelektual
1.
Pengertian
Dalam Kamus Besar KBBI kata intelektual mempunyai arti
(1) a cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan; (2)
n (yg) mempunyai kecerdasan tinggi; cendekiawan; (3) n totalitas pengertian
atau kesadaran, terutama yg menyangkut pemikiran dan pemahaman. Kata intelek juga
berkonotasi untuk menyebut kaum terpelajar atau kaum cendekiawan.” Sedangkan
kata intelektual berarti suatu sifat cerdas, berakal, dan berpikiran jernih
berdasarkan ilmu pengetahuan. Kata intelektual juga berkonotasi sebagai kaum
yang memiliki kecerdasan tinggi atau juga disebut kaum cendekiawan.
Intelek berasal dari kosakata Latin: intellectus yang berarti pemahaman, pengertian,
kecerdasan. Dalam pengertian sehari-hari kemudian berarti kecerdasan,
kepandaian, atau akal. Pengertian intelek ini berbeda dengan pengertian taraf
kecerdasan atau intelegensi. Intelek lebih menunjukkan pada apa yang dapat
dilakukan manusia dengan intelegensinya; hal yang tergantung pada latihan dan
pengalaman. Dari yang saya ketahui kata intelektual
itu tidak jauh beda dengan arti kata Intelegensi yang berarti Kecerdasan.
Tingkat kecerdasan ini dapat diukur dan ditentukan kadar kecerdasannya
berdasarkan sudut pandang penilaian tertentu.
Pakar ahli juga banyak yang mempunyai
pendapat mengenai intelektual diantaranya :
-
Adrew Crider (dalam azwar, 1996)
mengatakan bahwa intelektual itu bagaikan listrik, mudah diukur tapi mustahil
untuk didefenisikan. Kalimat ini banyak benarnya. Tes intelegensi sudah dibuat
sejak sekitar delapan decade yang lalu, akan tetapi sejauh ini belum ada
defenisi intelektua yang dapat diterima secara universal.
-
David Wechsler (dalam Azwar, 1996)
mendefenisikan intelektual sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang
untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta
menghadapi lingkungan secara efektif.
-
Istilah intelek berasal dari bahasa Inggris “intellect” yang menurut Chaplin (1981) diartikan
sebagai :
a.
Proses kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan,
kemampuan menilai, dan kemampuan mempertimbangkan;
b.
Kemampuan mental atau itelegensi.
-
Dalam surat Ali Imron
Ayat 190 – 191
cÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@ø©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ tûïÏ%©!$# tbrãä.õt ©!$# $VJ»uÏ% #Yqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbrã¤6xÿtGtur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ
Artinya :”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal,. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami,
Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imron : 190-191)
Dari Ayat di atas dapat kita jumpai kata yang bercetak
tebal yaitu “berakal” dan “memikirkan”. Dari masing-masing kita
dapat menarik suatu kesimpulan bahwa Intelektual melibatkan yang namanya akal,
dan intelektual merupakan proses pencarian Informasi (berfikir).
Dari beberapa definisi diata dapat kita tarik kesimpulan,
bahwa intelektual adalah kecerdasan berfikir manusia dalam menemukan suatu
gagasan atau ide yang secarang singkat sesuai dengan situasi kondisi yang ada
dan dapat mengaplikasikan dilapangan secara komprehensif dan tepat sasaran.
Secara singkatnya bisa saya katakan bahwa Intelektual itu adalah kemampuan
diatas rata-rata seseorang dalam berfikir, atau katakanlah pandai sanget,
pinter sanget, dan lebih pintar dari yang pintar-pintar.
2.
Faktor yang Mempengaruhi
Intelektual
Intelektual
seseorang sebenarnya sama antara satu orang dengan yang lain. Yang membedakan
adalah sejauhmana pengaruh yang ada dalam mengasah intelegensi seseorang.
Sebagaimana dalam sabda rasulullah saw.
عن
ابي هريرة رضي الله عنه قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم : كل مولد يولد على
الفطرة فابواه يهودانه او ينصرانه او يمحسانه
Artinya : "Dari Abi
Hurairah ra, bahwa Nabi saw bersabda: setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan
fitrah, maka orang tualah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi".
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
intelektual manusia, diantaranya :
-
Menurut
Andi Mappiare (1982: 80), hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelektual
antara lain :
1.
Bertambahnya
informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang sehingga ia mampu berpikir
reflektif.
2.
Banyaknya
pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang dapat
berpikir properasional.
3.
Adanya
kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun
hipotesis-hipotesis yang radiakal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan,
dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang
baru dan benar.
Dari referensi lain didapatkan Tahapan perkembangan
intelektual (perkembangan kognitif/perkembangan mental) anak selalu mengikuti
tahapan-tahapan mulai dari sensori-motor (0 – 2 tahun), praoperasional (2 – 7
tahun), operasional konkret (7 – 11 tahun), dan selanjutnya operasional formal
(11 tahun ke atas). Irama perkembangan pada setiap tahap berbeda-beda dari anak
yang satu dengan anak yang lain. Interval yang diacu oleh Jean Piaget hanyalah
acuan umum. Menurut hasil penelitian Piaget, ada 4 faktor yang mempengaruhi
tingkat perkembangan intelektual (mental) anak, yaitu:
1. Kematangan (maturation). Perkembangan sistem saraf
sentral, otak, koordinasi motorik, dan proses perubahan fisiologis dan anatomis
akan mempengaruhi perkembangan kognitif. Faktor kedewasaan atau kematangan ini
berpengaruh pada perkembangan intelektual tapi belum cukup menerangkan
perkembangan intelektual.
2. Pengalaman Fisik (Physical Experience). Pengalaman fisik
terjadi karena anak berinteraksi dengan lingkungannya. Tindakan fisik ini
memungkinkan anak dapat mengembangkan aktivitas dan gaya otak sehingga mampu
mentransfernya dalam bentuk gagasan atau ide. Dari pengalaman fisik yang
diperoleh anak dapat dikembangkan menjadi matematika logika. Dari kegiatan
meraba, memegang, melihat, berkembang menjadi kegiatan berbicara, membaca dan
menghitung.
3. Pengalaman Sosial (Social Experience). Pengalaman sosial
diperoleh anak melalui interaksi sosial dalam bentuk pertukaran pendapat dengan
orang lain, percakapan dengan teman, perintah yang diberikan, membaca, atau
bentuk lainnya. Dengan cara berinteraksi dengan orang lain, lambat laun sifat
egosentris berkurang. Ia sadar bahwa gejala dapat didekati atau dimengerti
dengan berbagai cara. Melalui kegiatan diskusi anak akan dapat memperoleh
pengalaman mental. Dengan pengalaman mental inilah memungkinkan otak bekerja
dan mengembangkan cara-cara baru untuk memecahkan persoalan. Di samping itu
pengalaman sosial dijadikan landasan untuk mengembangkan konsep-konsep mental
seperti kerendahan hati, kejujuran, etika, moral, dan sebagainya.
4. Keseimbangan (Equilibration). Keseimbangan merupakan suatu
proses untuk mencapai tingkat fungsi kognitif yang semakin tinggi. Keseimbangan
dapat dicapai melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi menyangkut pemasukan
informasi dari luar (lingkungan) dan menggabungkannya dalam bagan konsep yang
sudah ada padaotak anak. Akomodasi menyangkut modifikasi bagan konsep untuk
menerima bahan dan informasi baru.
3.
Ciri-Ciri
Berintelektual
1.
Mampu berpikir secara baik dan benar
2.
Memahami secara mendalam Sesuatu permasalahan
3.
Mempunyai keterampilan dan ilmu pengetahuan yang mendalam
4.
Kemampuan bernalar dan berpikir
5.
Senang mempelajari kamus maupun peta dan ensiklopedi
6.
Mampu membedakan pertanyaan yang signifikan dengan
pertanyaan sepele
7.
Mudah menangkap pelajaran.
4.
Cara
Meningkatkan Intelektual (untuk mahasiswa)
1.
Aktif
di Organisasi Kampus
2.
Banyak
membaca buku-buku ilmiah (selain komik/novel dan sejenisnya)
3.
Suka untuk
berdiskusi, dikelas, maupun di dalam forum khusus atau terbuka
4.
Mencari
informasi sebanyak-banyaknya, baik dari buku, internet, dari temen, dan lain
sebagainya.(carilah ilmu walau sampai ke negeri cina)
B.
Karakter
1.
Pengertian
Karakter berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “to mark” atau menandai. Secara
Islam Karakter tidak jauh beda dengan yang namanya “Akhlak” yang berarti perilaku. Sedikit berbeda memang tetapi dari kedua kata tersebut
memliki maksud atau pemaknaan yang sama dengan karakter.
Banyak para ahli yang yang
berpendapat mengenai apa itu karakter, adapun pendapat-pendapatnya sebagai
berikut :
-
Menurut W.B. Saunders, (1977:
126) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan
oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.
-
Wyne mengungkapkan bahwa karakter yaitu menandai bagaimana cara
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus
dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku
jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi
istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang.
-
Menurut Ki Hajar
Dewantoro, Karakter tidak jauh beda dengan Budi Pekerti bukan sekedar konsep teoritis
sebagaimana yang dipahami masyarakat pada umumnya.
-
Dalam bahasa Jawa
karakter dapat diartikan sama dengan Unggah-ungguh, lelakon.
Dari beberapa pendapat ahli, dapat kita simpulkan bahwa
karakter adalah watak, sifat, tabiat, yang melekat pada diri seseorang yang dapat
berwujud perilaku, sikap, karakter itu sendiri. Karakter ini bisa kearah positif,
bisa juga kerarah negatif. Dalam islam kita kenal ada akhlak mahmudah (terpuji)
dan akhlak mazmumah (tercela).
Kita ketahui bersama dalam ilmu Psikologi, bahwa karakter
manusia itu berbeda-beda, setiap beda usia pasti berbeda karakternya, beda
jenis kelamin beda karakternya, dan bahkan satu sama lain berbeda karakternya.
2.
Faktor yang Mempengaruhi
Karakter
Nah, sekarang kita coba belajar bersama, apa yang
sebenarnya membuat karakter manusia itu berbeda. Perbedaan itu pastinya banyak
faktor yang mempengaruhi disana. Oke kita bahas bersama.
Dari referensi yang penulis dapat Setidaknya
ada 7 faktor yang mempengaruhi karakter seseorang :
Pertama, berkaitan dengan karakter kedua orang tuanya, tak diragukan lagibahwa manusia
mewarisi sifat fisik dan karakter psikologis dari orang tuanya. Kedua,
penerapan konsepsi tersebut, ini berkaitan dengan kadar cinta diantara kedua
orang tuanya dan sejauh mana keakraban hubungan antara keduanya. Ketiga,
makanan sang ibu dan seluruh keadaan fisik, mental dan emosi serta ruhani sang
anak tumbuh dalam rahim. Keempat, berkaitan dengan kondisi pada saat
melahirkan, faktor ini bersifat kritis karena pada saat inilah peralihan alam
terjadi. Kelima, perawatan sang anak selama dua tahun pertama, termasuk
makanan, cinta kasih, perhatian, dan kehangatan yang diberikan oleh sang ibu,
serta cinta kasih yang terjalin antara kedua orang tua dengan sang bayi. Keenam,
cara pengasuhan anak, pemeliharaan, dan lingkungan sosial di sekelilingnya. Ketujuh,
faktor yang paling utama ; besarnya tekad dan kejelasan tujuan hidup seseorang.
Selanjutnya pada umumnya,
karakter, akhlak, atau kepribadian seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa
komponen penting :
1. Genetik, yaitu pengaruh bawaan
sejak lahir
2. Education, yaitu pengaruh
pendidikan
3. Environment, yaitu pengaruh
lingkungan
4. Culture, yaitu pengaruh budaya
3.
Ciri-ciri Manusia
Berkarakter
Manusia dikatakan berkarakter itu sebenarnya bagaimana
sih? Masih bingung kan? Sajuga masih bingung,,, hehhe. Tapi begini
kawan-kawanku semua, dalam islam kita tahu bahwa akhlak manusia itu ada 2
bagian. Ada bagian positif (Mahmudah), ada bagian negatif (Mazmumah). Tinggal pilih
deh, manusia yang berkarakter positif atau manusia yang berkarakter negatif. Tentunya
kita pasti milih yang positif, yang baik, yang sesuai dengan amanat pendidikan
Nasional, sesuai dengan ajaran Agama, dan sesuai dengan harapan dan do’a.
Oke langsung saja kita ke TKP :
Ciri Orang berkarakter 1. Religius; 2. Jujur; 3. Toleransi; 4. Disiplin; 5. Kerja Keras; 6. Kreatif; 7. Mandiri; 8. Demokratis; 9. Rasa Ingin Tahu; 10. Semangat Kebangsaan; 11. Cinta Tanah Air; 12. Menghargai Prestasi; 13. Bersahabat/Komunikatif; 14. Cinta Damai; 15. Gemar Membaca; 16. Peduli Lingkungan; 17. Peduli Sosial; 18. Tanggung Jawab; dan masih banyak lagi yang lain yang sifatnya Positif.
4.
Menjadi Manusia yang
Berkarakter
Sekarang kita lihat bagaimana menjadi orang yang
berkarakter :
-
Secara bertahap kita
harus selalu mau untuk merubah sedikit demi sedikit, karena orang yang baik
adalah orang yang mau berubah (Taubat).
-
Hendaknya selalu
menambah kuorisitas tentang hal yang baik dan membuang hal-hal yang kurang baik
(dibuang jauh-jauh)
-
Hendaknya kita mau
belajar dari seorang Ustadz, Kyai, Guru, Ulama-ulama dan meniru tauladan
rasulullah saw.
-
Bertaqwa dan Tawadhu’. Dan
masih banyak lagi yang lain.
Nah, sekarang kita tahu sendiri, Jaman sekarang dikatakan
karakter seseorang semakin rendah, dan melemah, hal ini dapat kita lihat dari
beberapa kejadian di tanah air Indonesia, seperti banyaknya kaum hawa yang
sudah tercatat sudah lagi tidak perawan, kerugian yang dilanda oleh negara
akibat pejabat yang korupsi, banyaknya kriminalitas yang kian meningkat. Makanya
Pendidikan yang sedang di gembar-gemborkan saat ini berjudul Pendidikan
Karakter. Sebenarnya sejak jaman dulu Pendidikan di Indonesia mengajarkan
tentang apa itu yang namanya karakter. Seperti yang di bawa oleh ulama-ulama
Islam yang mendirikan pesantren sebagai tempat belajar. Kemudian ajaran yang dibawakan
oleh Guru Bangsa yaitu Ki Hajar Dewantoro dan lain sebagainya. Hanya saja kita
bangsa Indonesia yang hidup dijaman sekarang ini kurang begitu mengilhami apa
cita-cita para pendahulu yang telah berjuang membangun karakter bangsa,
sehingga hal-hal yang terjadi dan yang tidak kita harapkan untuk bangsa dan
negara ini terjadi. Hilangnya moral, nilai-nilai agama, nilai-nilai budi
pekerti, sopan santun, unggah-ungguh, dan lain sebagainya. Oleh karenanya,
perlu kita sebagai kaum muda harus mampu bermimpi untuk menjadi seorang yang
berintelektual yang berkarakter. Meski Cerdas tetap berakhlak. Meski pandai
tetap beradab.
Mungkin sekian dari penulis, apabila ada salah kata
mohon pembetulannya. Semoga bermanfaat untuk saya , anda dan kita semua. Amiin,,Referensi :
0 komentar :
Post a Comment